9 Gangster "Gang of Nine" Legendaris Indonesia

Di dunia remang-remang, nama "Gang of Nine" menjadi legenda. Dibekingi Keluarga Cendana dan petinggi militer, segala sepak terjangnya hampir tak tersentuh. Taipan Tommy Winata-bersama Sugianto Kusuma alias Aguan-disebut-sebut sebagai godfather-nya. Bisnis mereka terentang dari properti hingga judi, dari obat terlarang hingga otomotif.

Benarkah? Dalam wawancara dengan TEMPO, Tommy membantah keras seluruh keterlibatannya di situ. Malah, "Gua baru dengar (nama kelompok itu) sekarang," katanya. Tapi sejumlah sumber, termasuk mantan preman dan bandar judi Anton Medan, mempercayai keberadaannya. Isi perut "Geng Sembilan" berikut ini dirinci berdasarkan keterangan mereka.
Kecuali Tommy dan Yorrys, yang juga membantah, beberapa nama yang ada di sini tidak dapat dikontak oleh TEMPO.

Tommy Winata
Mengendalikan Bank Artha Graha, yang dulu bernama Bank Propelat, milik Kodam Siliwangi. Bank Artha Graha adalah pilar utama kerajaan bisnis Tommy: Grup Artha Graha.




Sugianto Kusuma (Aguan)
Nama ini mulai dikenal orang ketika pada 1970-an terlibat penyelundupan barang elektronik via Palembang. Dialah yang memperkenalkan Tommy Winata dengan Angkatan Darat atau Yayasan Kartika Eka Paksi semasa Jenderal Edi Sudradjat menjabat Kepala Staf Angkatan Darat. "Pak Aguan adalah senior saya," kata Tommy, "Beberapa keputusan bisnis yang penting selalu saya konsultasikan padanya."




Yorrys T. Raweyai (Thung Hok Liong)
Ketua Umum Pemuda Pancasila ini bertindak sebagai "panglima" yang mengamankan seluruh operasi jaringan ini di lapangan.




Arief Prihatna (Cocong)
Menurut sumber TEMPO dan Anton Medan, di bidang ini Arief merupakan pemain lama (sejak 1975) urusan memasukan barang lewat pintu belakang. Ia bergabung dengan Tommy sekitar 1985 dan punya jaringan luas di kalangan militer. Seorang mantan karyawati di perusahaan Cocong mengaku bagaimana dia secara rutin mengirimkan "upeti" berupa barang elektronik ke kalangan tentara dan polisi Tak mengherankan, ia mulus memasukkan mobil mewah, barang elektronik, serta obat tradisional (Cina) dari Singapura, Thailand, Taiwan, dan Hong Kong. Arie Sigit (cucu Soeharto) pernah memimpin konsorsium importir obat tradisional ini.



Edi "Porkas" Winata
Kepada TEMPO, Tommy mengaku kenal baik tokoh ini. Imbuhan nama di tengah muncul karena reputasinya sebagai bandar judi Porkas (perusahaan milik Sigit Hardjojudanto, seperti disebut pula oleh majalah Time pekan lalu). Dia dikenal sebagai "tangan kanan" Tommy dalam bisnis ini. Menurut Anton Medan, beberapa nama berada di bawah lindungan Tommy pula.
Di Jakarta, menurut sebuah sumber, pusat operasi mereka-lewat permainan mickey mouse, rolet, bakarat, black jack, dan lain-lain-adalah Pertokoan Duta Merlin, Jalan Ketapang, dan Jalan Kartini. Belakangan, pusat operasi itu dipindahkan ke Jalan Kunir di kawasan Kota, yang kini dikenal sebagai markas "Konsorsium Judi Indonesia"-jelas bukan nama organisasi resmi-dengan Edi sebagai pemimpinnya.



Kwee Haryadi Kumala (A Sie)
Bersama kakaknya, Cahyadi Kumala (Sui Teng), Haryadi adalah spesialis pembebasan tanah. Anton Medan juga menyebut keterlibatan Teddy Hwat dan Robert Kardinal (saudara Yorrys) dalam urusan tanah ini. Di sektor ini mereka banyak bekerja sama dengan Bambang Trihatmodjo, misalnya di Jonggol dan Sentul. Bahkan, menurut Anton dan sumber TEMPO, beberapa aset Cendana saat ini telah dialihkan ke Tommy Winata: Jonggol (3.200 hektare), Cikarang (5.000 hektare), Sawangan, Sentul, Cikampek, dan perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara (25.000 hektare).


Arie Sigit
Arie mengenal Tommy lewat pamannya, Bambang Tri. Arie-menurut sumber TEMPO-punya bisnis sampingan menarik, misalnya ekstasi, dengan omzet ratusan miliar per bulan. Tapi, dalam sebuah wawancara dengan majalah Panji beberapa waktu lalu, Arie membantah isu ini dengan tegas. Namun, sebuah sumber menjelaskan bahwa jaringan bisnis itu meliputi Bandung, Medan, Jawa Tengah, Yogya, Surabaya, dan Bali, selain Malaysia dan Australia.

Pemasok utama "komoditas" ini adalah Hong Lie, buron yang dikaitkan dengan pembunuhan Nyo Beng Seng. Hong Lie sekarang bermukim di Hong Kong. Menurut seorang sumber, salah satu lokasi "perakitan" barang terlarang ini, di Tangerang, pernah digerebek polisi pada 1998 lalu, tapi kasusnya lalu dipetieskan.



 Iwan Cahyadi Karsa (Eng Tiong)
Melalui PT Sumber Auto Graha (SAG), belum lama ini Iwan membeli 14 ribu unit mobil Timor. Menurut Anton dan sumber lainnya, SAG memperjualbelikan mobil mewah completely built-up yang diselundupkan Arief Cocong.


 source : http://livebeta.kaskus.co.id/thread/000000000000000014831920/

Comments